alat tangkap payang
1.1
ALAT TANGKAP PAYANG
2.2.1
Klasifikasi Berdasarkan FAO
Payang terbuat
dari bahan jarring yang konstruksinya terdiri dari kantong, badan dan sayap,
serta dilengkapi dengan pelampung dan pembertat serta tali penarik (selambar).
Berdasarkan klasifikasi dari FAO, alat tangkap ini digolongkan sebagai jarring
lingkar. Struktur alat tangkap ini adalah sebagai berikut:
a.
Sayap : dua bagian sayap, yaitu sayap kiri dan
kanan
b.
Badan : terdiri atas 6 bagian
c.
Kantong
(cod end) adalah merupakan tempat berkumpulnya ikan yang terjaring
d.
Tali
ris atas
e.
Tali
ris bawah
f.
Tali
penarik (selambar)
g.
Pelampung
h.
Pemberat,
terbuat dari bahan timah dan batu
(Frezeries,
2009).
(googleimage, 2012).
Berdasarkan SNI yang dikeluarkan oleh
BSN, alat tangkap paying baik yang berbadan panjang maupun pendek termasuk
dalam klasifikasi jaring lingkar (surrounding
nets) tanpa tali kerut, sesuai dengan International Standard Statistical
Classification FishingGear – FAO, menggunakan singkatan LA dan berkode
ISSCFG.01.2.0 (Wulan, 2011).
2.2.2
Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010
Dalam Keputusan Menteri KP Nomor :
KEP.06/MEN/2010 ditetapkan 10 (sepuluh) kelompok alat penangkap ikan.
Penjelasan singkat untuk memudahkan pemahaman terhadap masing-masing kelompok
alat tangkap dapat dijelaskan bagaimana uraian pada Bab III, mulai pasal 6
sampai dengan pasal 16 Peraturan Menteri KP Nomor PER.02/MEN/2011, sebagai
berikut:
Alat penangkapan ikan di WPP-NRI
menurut jenisnya terdiri dari 10 kelompok, yaitu:
a.
Jaring
lingkar (surrounding nets)
b.
Pukat
tarik (seine nets)
c.
Pukat
hela (trawls)
d.
Penggaruk
(dredges)
e.
Jaring
angkat (lift nets)
f.
Alat
yang dijatuhkan (falling gears)
g.
Jaring
insang (gill nets and entangling nets)
h.
Perangkap
(traps)
i.
Pancing
(hooks and lines)
j.
Alat
penjepit dan melukai (grappling and
wounding)
Payang termasuk dalam pukat tarik
berkapal (seine nets) (Pranoto,
2012).
Alat penangkapan ikan di WPP-NRI
menurut jenisnya terdiri dari 10 (sepuluh) kelompok, yaitu:
a. jaring lingkar (surrounding nets);
b. pukat tarik (seine nets);
c. pukat hela (trawls);
d. penggaruk (dredges);
e. jaring angkat (lift nets);
f. alat yang dijatuhkan (falling
gears);
g. jaring insang (gillnets and
entangling nets);
h. perangkap (traps);
i. pancing (hooks and lines); dan
j. alat penjepit dan melukai
(grappling and wounding).
(1) Alat
penangkapan ikan pukat tarik (seine nets), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf b, terdiri dari:
a.
pukat tarik pantai (beach seines); dan
b.
pukat tarik berkapal (boat or vessel seines).
(2)
Pukat tarik berkapal (boat or vessel seines) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri dari:
a.
dogol (dainess seines);
b. scottish seines;
c. pair seines;
d.
payang;
e.
cantrang; dan
f.
lampara dasar.
(
Fadel, 2011 ).
2.2.3
Spesifikasi Alat Tangkap
Payang adalah pukat kantong yang
digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Secara
garis besar payang terdiri dari bagian kantong (bag), badan/ perut (body) dan
kaki/ sayap (leg/ wing). Bagian kantong umumnya terdiri dari bagian – bagian
kecil yang tiap bagiannya memiliki nama sendiri – sendiri. Besarnya mata jaring
mulai dari ujung kantong sampai dengan ujung kaki berbeda – beda, mulai dari 1
cm (atau kurang) sampai ±40 cm. Bagian mulut bawah jaring lebih panjang dari bagian
mulut atas jaring, karna jenis ikan pelagic yang biasanya hidup dibagian atas
air memiliki sifat cenderung lari lapisan bawah bila terkurung jaring (Nugroho
Ardi Cahyono, 2011).
Menurut Diktat Manajemen Penangkapan
Ikan (2004), alat tangkap payang terbuat dari berbagai bahan, jaring berbahan
PVC (Polyvinileclorine), pelampungnya adalah plastik berbentuk bola dan
pemberatnya adalah batu.
a.
Bagian
Kantong
-
Panjang
: 5-6 meter
-
Mesh size : 0,3-0,6 cm
-
Bahan
: PVC ( Polyvinileclorine )
-
Warna
: Hijau
b.
Bagian
Badan
-
Panjang
: 25 meter
-
Mesh
size : 1,6-8 cm
-
Bahan
: PE (Polyethilene)
-
Warna
: Coklat
c.
Bagian
Sayap
-
Panjang
: 90 meter
-
Mesh
size : 10-30 cm
-
Bahan
: PE (Polyethilene)
-
Nomor
benang : 400 D/15
d.
Pelampung
-
Berat
: 2 ons
-
Diameter
: 15 cm
-
Bahan
: Plastik berbentuk bola
-
Jumlah
: 12 buah per sayap
-
Jarak
antar pelampung : 1,5 meter
e.
Pemberat
-
Bahan : Batu
-
Berat : 2 kg
-
Jumlah : 10 buah per sayap
-
Jarak antar pemberat : 8 meter
Alat tangkap ini terdiri dari dua
sayap. Biasanya terbuat dari jaring yang bahannya dari bahan sintetis jenis
nylon multifilament. Sebagai contoh, alat tangkap paying yang dioperasikan di
Teluk Mandar, mesh size sayapnya masing-masing berukuran 80, 50, 30, dan 20 cm.
Ukuran sayap semakin kecil kea rah kantong. Untuk memberikan daya apung maka
pada bagian sayap diberikan pelampung. Supaya sayap tersebut terentang dalam
air makan diberikan pemberat. Fungsi sayap adalah menakut-nakuti ikan agar
masuk ke dalam kantong.
Panjang jaring keseluruhan bervariasi
dari puluhan meter sampai ratusan meter. Mesh size pada kantong berkisar 1,5 –
5 cm. Ujung kedua sayap dihubungkan dengan tali penarik, pada bagian sebelah
kanan diberi pelampung tanda, sedangkan pada tali penarik lainnya diikatkan di
kapal (Sudirman, 2004).
2.2.4
Metode dan Teknik Pengoperasian Alat Tangkap
Cara pengoperasian payang yaitu dengan
melingkari gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke arah
kapal. Kedua sayap yang terdapat di kanan dan kiri badan jaring berguna untuk
menakut – nakuti atau mengejutkan serta menggiring ikan agar masuk sedalam
kantong jaring. Penangkapan dengan payang dapat dilakukan baik dengan perahu
layar maupun dengan kapal motor. Penggunaan tenaga berkisar antara enam orang
untuk payang berukuran kecil dan enam belas orang untuk payang berukuran besar (Nugroho
Ardi Cahyono, 2011).
Prinsip pengoperasian alat tangkap
payang adalah melingkari gerombolan ikan. Pada saat terdapat gerombolan ikan
yang terlihat, kapal mendekati gerombolan ikan tersebut dan kemudian menurunkan
jaring pada jarak dan waktu yang tepat sehingga pada waktu jaring melewati
gerombolan ikan, jaring dapat membuka dengan maksimal sehingga kemungkinan ikan
untuk lolos kecil. Pada saat setelah jaring diturunkan, tali selambar/ tali
hela ditarik sehingga jaring tertarik kearah gerombolan ikan. Hasil penangkapan
dapat dipengaruhi oleh kecepatan membuka jaring, timing pelepasan jaring dan
kondisi laut saat pelepasan jaring (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan, 2004).
Setelah alat
tangkap ini telah tersusun dengan baik diatas kapal maka tiba di fishing
ground. Jika menggunakan alat bantu rumpon , terlebih dahulu harus ditangani
dengan memperhatikan arah arus, karena arah ikan pada rumpon akan berlawanan
dengan arah arus. Jika arah arus dari barat, maka posisi ikan berada pada sisi
timur rumpon.
Setelah itu,
jaring diturunkan yang dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, mengelilingi
rumpon, penauran jaring dilakukan sampai semua jaring turun ke laut dan
selanjutnya mengambil kedua tali sayap, kemudian jaring ditarik ke atas perahu.
Sebagian awak kapal tetao bertugas pada rumpon sehingga tetap seperti semula.
Operasi penangkapan dianggap selesai jika kantong jaring telah tiba di atas
perahu (Sudirman, 2004).
2.2.5
Alat Bantu Penangkapan
Penangkapan dengan menggunakan payang
dapat dilakukan baik pada malam ataupun siang hari. Untuk malam hari terutama
pada hari – hari gelap dapat dengan alat bantu lampu petromaks untuk mengetahui
letak ikan berkupul serta menarik perhatian ikan. Sedangkan penangkapan pada
siang hari dapat menggunakan alat bantu rumpon/ payaos untuk memancing
perhatian ikan agar ikan berkumpul disekitar rumpon. Pengguna rumpon sebagai
alat bantu penangkapandengan payang meliputi 95% lebih (Nugroho Ardi Cahyono,
2011).
Pengoperasian alat tangkap payang
dapat menggunakan alat bantu berupa lampu petromaks yang digunakan pada malam
hari dan alat bantu rumpon untuk pengumpul ikan. Pada malam hari penggunaan
lampu petromaks dapat menarik ikan supaya menggerombol disekitar lampu sehingga
alat tangkap payang dapat digunakan secara efisien. Beguti juga dengan rumpon
yang banyak digunakan oleh nelayan – nelayan Indonesia. Pengguna rumpon sebagai
alat bantu penangkapan dengan payang meliputi 95% lebih (Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan).
Dalam operasi
penangkapannya banyak dilakukan dengan menggunakan alat bantu rumpon, dimana
ikan-ikan yang ada pada rumpon digiring masuk ke dalam kantong paying walaupun
dalam operasi penangkapannya tidak selalu menggunakan rumpon. Alat bantu
tangkap ini banyak digunakan di Perairan Selat Makassar, terutama di Teluk
Mandar (Sudirman, 2004).
2.2.6
Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Daerah penangkapan untuk alat tangkap
payang ini pada perairan yang tidak jauh dari daerah pantai atau daerah yang
subur yang tidak terdapat karang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
komposisi hasil tangkapan payang yaitu ikan Ayam – ayam (Aluterus Monoceros)
88%, ikan Tongkol (Auxis sp) 3.80%, ikan Teri (Stolephorus sp) 2.60%, ikan
Kembung (Rastrelliger sp) 25%, Cumi – cumi (Loligo sp) 1.70%, ikan Selar
(Caranx sp) 1.50% dan ikan Bawal Hitam (Formio Niger) 0.40% (Intan Herwindra,
2010).
Hasil tangkap dari alat tangkap payang
adalah ikan – ikan permukaan. Terutama ikan – ikan pelagis kecil, yaitu ikan
Layang, Selar, Kembung, Lemuru, Tembang, Japuh dan lain – lain. Hasil tangkapan
alat tangkap payang untuk tahun 1986 berjumlah 152. 782 ton, sedang produksi
perikanan laut secara nasional sebanyak 1. 922.781 ton (Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan, 2004).
Jenis-jenis
ikan yang tertangkap dengan alat tangkap payang adalah laying (decapterus sp), kembung (rastralliger sp), sunglir (eeuthynnus sp), selar (caranx sp), sunglir (elagatis sp), bawal hitam (formio sp). Jadi, umumnya yang
tertangkap adalah ikan-ikan yang senang berada di daerah rumpon. Ikan laying
merupakan hasil tangkapan yang dominan (Sudirman, 2004).
Fishermen
living in the park use dragnets to catch fish, especially reef-fish. The total
number of dragnets operated by fishermen from the three settlements within
Komodo National Park is 75, the majority (50 units) by fishermen from Kampung
RInca. Fishermen from Kampung Kerora and Kampung Kerora operate 5 and 20 units,
respectively. A major cause of concern is the use of trawl-nets (currently 12
units) by some fishermen. Dragnets are used in waters ranging in depth from 1
to 10 meters. The catch includes reef-fish and small pelagic fish such as tuna
(cakalang), anchovies, sampureang, as well as shrimp. The use of dragnets is
not limited by season. They can be operated both during daytime and night.
After being brought ashore the catch is salted and dried, then sold at prices
varying from Rp 1.250,-/kg to Rp 2.500,-/kg, either to purchasing agents or
directly to local markets (Peter J. Mous, 1996).