Minggu, 21 Desember 2014

Kenapa Wanita Banyak Masuk Neraka?

Kenapa Wanita Banyak Masuk Neraka?


Kenapa wanita banyak masuk neraka?
Cukup jawabannya bisa disimak dalam hadits berikut.
Seselesainya dari shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepada beliau ketika shalat,
وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).
Yang dimaksud kufur dalam hadits bukanlah maksudnya keluar dari Islam. Namun yang dimaksud adalah kufronul huquq, yaitu istri tidak mau memenuhi kewajiban terhadap suami. Jadi maksudnya bukanlah kufur terhadap Allah. Ini menunjukkan celaan bagi wanita yang dimaksud dalam hadits. Lihat Syarh Shahih Muslim, 6: 192.
Jadi, maksud hadits adalah celaan untuk wanita yang tidak mau bersyukur pada pemberian suami. Bahkan ini yang jadi sifat wanita, jika ia tidak diberi sekali padahal sudah sering keinginannya dipenuhi oleh suami, maka ia akan menggelari suaminya dengan gelarang suami yang pelit. Wanita itu berkata, “Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu.” Hujan setahun benar-benar tidak teranggap dikarenakan adanya kemarau sehari.
Adapun wanita shalihah yang taat pada suami dan rajin melakukan ibadah ketaatan, tentu akan dibalas dengan pahala melimpah. Keutamaannya disebutkan dalam hadits berikut.
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Kami turut mendoakan,
جعلنا اللهُ و السائلةَ من أهل الجنّة ، و ختم لنا بالحسنى . آمين .
“Moga Allah menjadikan kita jalan menjadi ahli surga dan diberikan akhir hidup yang baik. Aamiin.”
Semoga bermanfaat.

Diselesaikan di malam hari, 24 Dzulqo’dah 1435 H di Pesantren Darush Sholihin
Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal
Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh TuasikalFans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoComInstagram RumayshoCom

Milikilah buku karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal yang membahas qurban dan aqiqah secara lengkap dengan judul “Panduan Qurban dan Aqiqah”

Kisah Mengharukan Cinta Seorang Ibu

selamat hari ibu..
kita harus menjaga ibu qt
dan menyangi ibu kita
karena ibu kita kunci dari surga dan kunci dari kesuksesaan amin




             Di sebuah rumah sakit bersalin, seorang ibu baru saja melahirkan jabang bayinya. "Bisa saya melihat bayi saya?" pinta ibu yang baru melahirkan itu penuh rona kebahagiaan di wajahnya. Namun, ketika gendongan berpindah tangan dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki mungil itu, si ibu terlihat menahan napasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit, tak tega melihat perubahan wajah si ibu. Bayi yang digendongnya ternyata dilahirkan tanpa kedua belah telinga! Meski terlihat sedikit kaget, si ibu tetap menimang bayinya dengan penuh kasih sayang.

            Waktu membuktikan, bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari, anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan si ibu sambil menangis. Ibu itu pun ikut berurai air mata. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Sambil terisak, anak itu bercerita, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."
          
             Begitulah, meski tumbuh dengan kekurangan, anak lelaki itu kini telah dewasa. Dengan kasih sayang dan dorongan semangat orangtuanya, meski punya kekurangan, ia tumbuh sebagai pemuda tampan yang cerdas. Rupanya, ia pun pandai bergaul sehingga disukai teman-teman sekolahnya. Ia pun mengembangkan bakat di bidang musik dan menulis. Akhirnya, ia tumbuh menjadi remaja pria yang disegani karena kepandaiannya bermusik.
  
            Suatu hari, ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuk putra Bapak. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Maka, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya kepada anak mereka.
Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelaki itu, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia," kata si ayah.

              Operasi berjalan dengan sukses. Ia pun seperti terlahir kembali. Wajahnya yang tampan, ditambah kini ia sudah punya daun telinga, membuat ia semakin terlihat menawan. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.
Beberapa waktu kemudian, ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia lantas menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar, namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."
Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."

               Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari, tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga tersebut. Pada hari itu, ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, si ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku. Sang ayah lantas menyibaknya sehingga sesuatu yang mengejutkan si anak lelaki terjadi. Ternyata, si ibu tidak memiliki telinga.
"Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik si ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya, ‘kan?"
Melihat kenyataan bahwa telinga ibunya yang diberikan pada si anak, meledaklah tangisnya. Ia merasakan bahwa cinta sejati ibunya yang telah membuat ia bisa seperti saat ini.

Pesan Cerita :
Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh, namun ada di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun justru pada apa yang kadang tidak dapat terlihat. Begitu juga dengan cinta seorang ibu pada anaknya. Di sana selalu ada inti sebuah cinta yang sejati, di mana terdapat keikhlasan dan ketulusan yang tak mengharap balasan apa pun.
Dalam cerita di atas, cinta dan pengorbanan seorang ibu adalah wujud sebuah cinta sejati yang tak bisa dinilai dan tergantikan. Cinta sang ibu telah membawa kebahagiaan bagi sang anak. Inilah makna sesungguhnya dari sebuah cinta yang murni. Karena itu, sebagai seorang anak, jangan pernah melupakan jasa seorang ibu. Sebab, apa pun yang telah kita lakukan, pastilah tak akan sebanding dengan cinta dan ketulusannya membesarkan, mendidik, dan merawat kita hingga menjadi seperti sekarang.

Mari, jadikan ibu kita sebagai suri teladan untuk terus berbagi kebaikan. Jadikan beliau sebagai panutan yang harus selalu diberikan penghormatan. Sebab, dengan memperhatikan dan memberikan kasih sayang kembali kepada para ibu, kita akan menemukan cinta penuh ketulusan dan keikhlasan, yang akan membimbing kita menemukan kebahagiaan sejati dalam kehidupan.

Jumat, 19 Desember 2014

PROPOSAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LatarBelakang

               Sehubungan dengan Dunia Perkapalan saat ini, sarana transportasii laut diisi oleh armada-armada kapal dagang. Kapal-kapal tersebut berguna untuk membawa muatan melalui perairan dengan aman, cepat dan ekonomis. Sebagian besar 3/5 permukaan bumi terdiri dari air. Pada abad ini dan yang akan datang kapal masih berfungsi sebagai kebutuhan hidup di muka bumi ini, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu diperlukan peranan kapal,. misalnya untuk mengangkut orang atau barang, penelitian di laut, penambangan minyak dan, penangkapan ikan serta penambangan mineral lainnya.


Dengan adanya perbedaan tempat oleh perairan, yang memiliki sifat dan kedalaman yang berbeda-beda, maka diperlukan sebuah kapal yang mampu untuk melintasi perairan yang luas. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka peranan penggunaan kapal pun ikut berkembang. Bila dahulu kapal hanya digunakan untuk sarana transportasi laut, maka sekarang ini kapal digunakan untuk membawa muatan, berperang, mencari minyak,ekspor / impor dan lain-lainya.
            Fyson (1985) mengemukakan bahwa baja sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan kapal ikan adalah bahan penting yang digunakan dalam pembuatan kapal besar,terutama dalam pembuatan kapal penangkapan ikan  yang panjang lebih dari 10 meter dan kapal untuk perdagangan yang panjangnya lebih dari 50 meter. Sedangkan menurut Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)1989,Syarat kapal yang dibuat dari bahan baja adalah kapal yang panjangnya lebih dari 24 meter.


Pelat baja untuk lambung kapal merupakan komponen terbesar investasi kapal niaga yaitu sebesar 40% (Biro Klasifikasi Indonesia, 2006), dan memiliki resiko  kerusakan tinggi akibat pengkaratan, sehingga membutuhkan biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak sedikit. Untuk mengurangi resiko pengkaratan saat pelat lambung kapal di produksi merupakan langkah awal atau preventif yang harus dilakukan agar terhindar dari pengkaratan dan kerusakan lebih lanjut. Pengkaratan ini dapat timbul selama proses produksi lambung kapal, yang mengalami berbagai macam perlakuan antara lain : pemotongan, pembengkokan dan pengelasan. Proses perlakuan ini akan mempengaruhi kualitas pelat baja terutama akibat pemberian tekanan (stress) dalam proses bending pelat, dan bending line heating dalam proses pemanasan dan pendinginan.

            Konstruksi bagian lambung kapal harus kuat agar dapat menahan beban dari berat kapal sendiri maupun muatan, dan juga tekanan dari luar (terutama dari air laut untuk daerah bagian lambung kapal yang tercelup). Baja kapal yang digunakan untuk kapal harus mempunyai kekuatan tinggi dan sesuai dengan peraturan-peraturan Biro Klasifikasi Indonesia. Baja yang digunakan untuk bagian lambung kapal ada dua macam yaitu baja dengan kekuatan tarik 48 kg/mm2 – 60 kg/mm2 serta baja dengan kekuatan tarik 50 kg/mm2 – 63 kg/mm2 (BKI, 2006). 

pengoprasian alat tangkap payang

alat tangkap payang


1.1          ALAT TANGKAP PAYANG
2.2.1    Klasifikasi Berdasarkan FAO
Payang terbuat dari bahan jarring yang konstruksinya terdiri dari kantong, badan dan sayap, serta dilengkapi dengan pelampung dan pembertat serta tali penarik (selambar). Berdasarkan klasifikasi dari FAO, alat tangkap ini digolongkan sebagai jarring lingkar. Struktur alat tangkap ini adalah sebagai berikut:
a.    Sayap        : dua bagian sayap, yaitu sayap kiri dan kanan
b.    Badan        : terdiri atas 6 bagian
c.    Kantong (cod end) adalah merupakan tempat berkumpulnya ikan yang terjaring
d.    Tali ris atas
e.    Tali ris bawah
f.     Tali penarik (selambar)
g.    Pelampung
h.    Pemberat, terbuat dari bahan timah dan batu
(Frezeries, 2009).
      (googleimage, 2012).
Berdasarkan SNI yang dikeluarkan oleh BSN, alat tangkap paying baik yang berbadan panjang maupun pendek termasuk dalam klasifikasi jaring lingkar (surrounding nets) tanpa tali kerut, sesuai dengan International Standard Statistical Classification FishingGear – FAO, menggunakan singkatan LA dan berkode ISSCFG.01.2.0 (Wulan, 2011).
2.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010
Dalam Keputusan Menteri KP Nomor : KEP.06/MEN/2010 ditetapkan 10 (sepuluh) kelompok alat penangkap ikan. Penjelasan singkat untuk memudahkan pemahaman terhadap masing-masing kelompok alat tangkap dapat dijelaskan bagaimana uraian pada Bab III, mulai pasal 6 sampai dengan pasal 16 Peraturan Menteri KP Nomor PER.02/MEN/2011, sebagai berikut:
Alat penangkapan ikan di WPP-NRI menurut jenisnya terdiri dari 10 kelompok, yaitu:
a.    Jaring lingkar (surrounding nets)
b.    Pukat tarik (seine nets)
c.    Pukat hela (trawls)
d.    Penggaruk (dredges)
e.    Jaring angkat (lift nets)
f.     Alat yang dijatuhkan (falling gears)
g.    Jaring insang (gill nets and entangling nets)
h.    Perangkap (traps)
i.      Pancing (hooks and lines)
j.      Alat penjepit dan melukai (grappling and wounding)
Payang termasuk dalam pukat tarik berkapal (seine nets) (Pranoto, 2012).
Alat penangkapan ikan di WPP-NRI menurut jenisnya terdiri dari 10 (sepuluh) kelompok, yaitu:
a. jaring lingkar (surrounding nets);
b. pukat tarik (seine nets);
c. pukat hela (trawls);
d. penggaruk (dredges);
e. jaring angkat (lift nets);
f. alat yang dijatuhkan (falling gears);
g. jaring insang (gillnets and entangling nets);
h. perangkap (traps);
i. pancing (hooks and lines); dan
j. alat penjepit dan melukai (grappling and wounding).
(1)        Alat penangkapan ikan pukat tarik (seine nets), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, terdiri dari:
a. pukat tarik pantai (beach seines); dan
b. pukat tarik berkapal (boat or vessel seines).
(2)        Pukat tarik berkapal (boat or vessel seines) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:
a. dogol (dainess seines);
b.  scottish seines;
c.  pair seines;
d. payang;
e. cantrang; dan
f. lampara dasar.
( Fadel, 2011 ).
2.2.3 Spesifikasi Alat Tangkap
Payang adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Secara garis besar payang terdiri dari bagian kantong (bag), badan/ perut (body) dan kaki/ sayap (leg/ wing). Bagian kantong umumnya terdiri dari bagian – bagian kecil yang tiap bagiannya memiliki nama sendiri – sendiri. Besarnya mata jaring mulai dari ujung kantong sampai dengan ujung kaki berbeda – beda, mulai dari 1 cm (atau kurang) sampai ±40 cm. Bagian mulut bawah jaring lebih panjang dari bagian mulut atas jaring, karna jenis ikan pelagic yang biasanya hidup dibagian atas air memiliki sifat cenderung lari lapisan bawah bila terkurung jaring (Nugroho Ardi Cahyono, 2011).
Menurut Diktat Manajemen Penangkapan Ikan (2004), alat tangkap payang terbuat dari berbagai bahan, jaring berbahan PVC (Polyvinileclorine), pelampungnya adalah plastik berbentuk bola dan pemberatnya adalah batu.
a.    Bagian Kantong
-          Panjang : 5-6 meter
-           Mesh size : 0,3-0,6 cm
-          Bahan : PVC ( Polyvinileclorine )  
-          Warna : Hijau
b.    Bagian Badan
-          Panjang : 25 meter
-          Mesh size : 1,6-8 cm
-          Bahan : PE (Polyethilene)
-          Warna : Coklat
c.    Bagian Sayap
-          Panjang : 90 meter
-          Mesh size : 10-30 cm
-          Bahan : PE (Polyethilene)
-          Nomor benang : 400 D/15
d.    Pelampung
-          Berat : 2 ons
-          Diameter : 15 cm
-          Bahan : Plastik berbentuk bola
-          Jumlah : 12 buah per sayap
-          Jarak antar pelampung : 1,5 meter
e.    Pemberat
-          Bahan : Batu
-          Berat : 2 kg
-          Jumlah : 10 buah per sayap
-          Jarak antar pemberat : 8 meter
Alat tangkap ini terdiri dari dua sayap. Biasanya terbuat dari jaring yang bahannya dari bahan sintetis jenis nylon multifilament. Sebagai contoh, alat tangkap paying yang dioperasikan di Teluk Mandar, mesh size sayapnya masing-masing berukuran 80, 50, 30, dan 20 cm. Ukuran sayap semakin kecil kea rah kantong. Untuk memberikan daya apung maka pada bagian sayap diberikan pelampung. Supaya sayap tersebut terentang dalam air makan diberikan pemberat. Fungsi sayap adalah menakut-nakuti ikan agar masuk ke dalam kantong.
Panjang jaring keseluruhan bervariasi dari puluhan meter sampai ratusan meter. Mesh size pada kantong berkisar 1,5 – 5 cm. Ujung kedua sayap dihubungkan dengan tali penarik, pada bagian sebelah kanan diberi pelampung tanda, sedangkan pada tali penarik lainnya diikatkan di kapal (Sudirman, 2004).
2.2.4 Metode dan Teknik Pengoperasian Alat Tangkap
Cara pengoperasian payang yaitu dengan melingkari gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke arah kapal. Kedua sayap yang terdapat di kanan dan kiri badan jaring berguna untuk menakut – nakuti atau mengejutkan serta menggiring ikan agar masuk sedalam kantong jaring. Penangkapan dengan payang dapat dilakukan baik dengan perahu layar maupun dengan kapal motor. Penggunaan tenaga berkisar antara enam orang untuk payang berukuran kecil dan enam belas orang untuk payang berukuran besar (Nugroho Ardi Cahyono, 2011).
Prinsip pengoperasian alat tangkap payang adalah melingkari gerombolan ikan. Pada saat terdapat gerombolan ikan yang terlihat, kapal mendekati gerombolan ikan tersebut dan kemudian menurunkan jaring pada jarak dan waktu yang tepat sehingga pada waktu jaring melewati gerombolan ikan, jaring dapat membuka dengan maksimal sehingga kemungkinan ikan untuk lolos kecil. Pada saat setelah jaring diturunkan, tali selambar/ tali hela ditarik sehingga jaring tertarik kearah gerombolan ikan. Hasil penangkapan dapat dipengaruhi oleh kecepatan membuka jaring, timing pelepasan jaring dan kondisi laut saat pelepasan jaring (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan, 2004).
Setelah alat tangkap ini telah tersusun dengan baik diatas kapal maka tiba di fishing ground. Jika menggunakan alat bantu rumpon , terlebih dahulu harus ditangani dengan memperhatikan arah arus, karena arah ikan pada rumpon akan berlawanan dengan arah arus. Jika arah arus dari barat, maka posisi ikan berada pada sisi timur rumpon.
Setelah itu, jaring diturunkan yang dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, mengelilingi rumpon, penauran jaring dilakukan sampai semua jaring turun ke laut dan selanjutnya mengambil kedua tali sayap, kemudian jaring ditarik ke atas perahu. Sebagian awak kapal tetao bertugas pada rumpon sehingga tetap seperti semula. Operasi penangkapan dianggap selesai jika kantong jaring telah tiba di atas perahu (Sudirman, 2004).
2.2.5 Alat Bantu Penangkapan
Penangkapan dengan menggunakan payang dapat dilakukan baik pada malam ataupun siang hari. Untuk malam hari terutama pada hari – hari gelap dapat dengan alat bantu lampu petromaks untuk mengetahui letak ikan berkupul serta menarik perhatian ikan. Sedangkan penangkapan pada siang hari dapat menggunakan alat bantu rumpon/ payaos untuk memancing perhatian ikan agar ikan berkumpul disekitar rumpon. Pengguna rumpon sebagai alat bantu penangkapandengan payang meliputi 95% lebih (Nugroho Ardi Cahyono, 2011).
Pengoperasian alat tangkap payang dapat menggunakan alat bantu berupa lampu petromaks yang digunakan pada malam hari dan alat bantu rumpon untuk pengumpul ikan. Pada malam hari penggunaan lampu petromaks dapat menarik ikan supaya menggerombol disekitar lampu sehingga alat tangkap payang dapat digunakan secara efisien. Beguti juga dengan rumpon yang banyak digunakan oleh nelayan – nelayan Indonesia. Pengguna rumpon sebagai alat bantu penangkapan dengan payang meliputi 95% lebih (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan).              
Dalam operasi penangkapannya banyak dilakukan dengan menggunakan alat bantu rumpon, dimana ikan-ikan yang ada pada rumpon digiring masuk ke dalam kantong paying walaupun dalam operasi penangkapannya tidak selalu menggunakan rumpon. Alat bantu tangkap ini banyak digunakan di Perairan Selat Makassar, terutama di Teluk Mandar (Sudirman, 2004).
2.2.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Daerah penangkapan untuk alat tangkap payang ini pada perairan yang tidak jauh dari daerah pantai atau daerah yang subur yang tidak terdapat karang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh komposisi hasil tangkapan payang yaitu ikan Ayam – ayam (Aluterus Monoceros) 88%, ikan Tongkol (Auxis sp) 3.80%, ikan Teri (Stolephorus sp) 2.60%, ikan Kembung (Rastrelliger sp) 25%, Cumi – cumi (Loligo sp) 1.70%, ikan Selar (Caranx sp) 1.50% dan ikan Bawal Hitam (Formio Niger) 0.40% (Intan Herwindra, 2010).
Hasil tangkap dari alat tangkap payang adalah ikan – ikan permukaan. Terutama ikan – ikan pelagis kecil, yaitu ikan Layang, Selar, Kembung, Lemuru, Tembang, Japuh dan lain – lain. Hasil tangkapan alat tangkap payang untuk tahun 1986 berjumlah 152. 782 ton, sedang produksi perikanan laut secara nasional sebanyak 1. 922.781 ton (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan, 2004).
Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap payang adalah laying (decapterus sp), kembung (rastralliger sp), sunglir (eeuthynnus sp), selar (caranx sp), sunglir (elagatis sp), bawal hitam (formio sp). Jadi, umumnya yang tertangkap adalah ikan-ikan yang senang berada di daerah rumpon. Ikan laying merupakan hasil tangkapan yang dominan (Sudirman, 2004).
            Fishermen living in the park use dragnets to catch fish, especially reef-fish. The total number of dragnets operated by fishermen from the three settlements within Komodo National Park is 75, the majority (50 units) by fishermen from Kampung RInca. Fishermen from Kampung Kerora and Kampung Kerora operate 5 and 20 units, respectively. A major cause of concern is the use of trawl-nets (currently 12 units) by some fishermen. Dragnets are used in waters ranging in depth from 1 to 10 meters. The catch includes reef-fish and small pelagic fish such as tuna (cakalang), anchovies, sampureang, as well as shrimp. The use of dragnets is not limited by season. They can be operated both during daytime and night. After being brought ashore the catch is salted and dried, then sold at prices varying from Rp 1.250,-/kg to Rp 2.500,-/kg, either to purchasing agents or directly to local markets (Peter J. Mous, 1996).